Fenomena alam yang kita rasakan akhir-akhir ini merupakan salah satu pertanda semakin rapuhnya alam, mulai dari tanah longsor, banjir bandang,angin puting beliung, gempa,hujan lokal hingga banjir es yang terjadi di Amerika selatan menunjukan bahwa perubahan iklim bukan rekayasa ataupun cerita fiktif para ilmuwan namun kajian yang mendalam untuk di sebarluaskan guna antisipasi dengan melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Kementrian Lingkungan Hidup bersama Kementrian pendidikan Nasional sejak tahun 2005 telah sepakat untuk mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui program sekolah Adiwiyata. Dengan program Sekolah Adiwiyata di harapkan sekolah mampu membangun karakter siswa peduli ,berbudaya dan cinta lingkungan.
Bagi DIY, Sekolah Adiwiyata harus mampu menyuguhkan potensi dan kearifan local sehingga pendekatan-pendekatan dalam bentuk kegiatan belajar sesuai dengan karakter dan budaya Yogyakarta. Peran aktif sekolah Adiwiyata juga sangat di harapkan mampu berkontribusi kepada masyarakat di sekitar sekolah sebagaimana terdapat dalam komponen dan indikator-indikator Sekolah Adiwiyata. Sehingga sekolah tidak terjebak dalam proses sekedar lomba Adiwiyata.
Program Go Greenschool yang di laksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup bersama LSM Shind, Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha telah menunjukkan satu dukungan menuju perbaikan kwalitas dan kwantitas sekolah Adiwiyata di DIY.
Melalui peringatan Hari Lingkungan Hidup 2013, di harapkan semakin berkembang dan berinovasi bagi setiap sekolah untuk melakukan kerjasama dengan berbagai dinas dan intansi yang ada di DIY seperti dalam tema Hari Lingkungan Hidup 2013 yakni : “Ubah Perilaku dan Pola Konsumsi Untuk Selamatkan Lingkungan” dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang mudah serta membuka kesadaran kita semua atas pentingnya menyikapi pemanfaatan makanan dan sumber daya alam termasuk pemanfaatan bahan makanan secara bijak.
Beberapa hal yang patut dipertimbangkan bahwa “melimbahkan” makanan bukan hanya berdampak pada pemborosan keuangan namun juga limbah makanan juga akan menyebabkan :
- Pencemaran Lingkungan
- Pemborosan konsumsi bahan bakar (yang digunakan untuk transportasi) penyimpanan dan pendistribusian.
- Penggunaan bahan kimia – seperti pupuk dan pestisida yang telah digunakan selama masa penumbuhan tanaman.
- Makanan membusuk menciptakan lebih banyak metana (salah satunya penyebab gas rumah kaca yang paling berbahaya dan berkontribusi terhadap perubahan iklim). Metana 23 kali lebih kuat daripada C02 menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca. Karenanya, besarnya jumlah makanan terbuang ke tempat pembuangan sampah secara signifikan berkontribusi terhadap pemanasan global yang terjadi selama ini.
- Masalah limbah makanan adalah masalah yang terjadi di seluruh negara, baik negara-negara maju, negara industri maupun negara berkembang. Kita yang hidup di Indonesia sesungguhnya harus sangat bersyukur karena alam Indonesia jauh lebih mampu “memanjakan” warganya dengan jenis bahan makanan yang banyak dibandingkan alam pada belahan lain didunia ini
Semoga Program Go Greenschool DIY mampu berkontribusi terhadap pengurrangan resiko bencana akibat dampak perubahan iklim serta mampu menumbuhkan agen-agen perubahan penyelamat lingkungan di masyarakat.
Selamat Hari Lingkungan Hidup, semangat baru para Kader Lingkungan Sekolah Daerah Istimewa Yogyakarta.